Bagaimana mengatasi Krisis Ekonomi Global?? Dan bagaimana Islam menawarkan solusi untuk krisis global? Dari sudut pandang Islam, hal pertama yang harus kita perhatikan terhadap apapun dampak krisis global adalah Allah itu bersifat ar-Razzaq yaitu yang Maha Menyediakan rezeki. Dialah yang menyebabkan harta kekayaan bertambah atau berkurang. Seorang mukmin sejati tidak akan pernah merasa bermasalah terhadap naik dan turunnya harta kekayaan, karena pada kenyataannya hal itu adalah untuk kemajuan keimanannya ketika Tuhan memanifestasikan sifat-Nya dengan karunia-Nya.
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”. (ar-Ruum[30]:38-41)
Pada hari ini, seluruh dunia telah diliputi oleh krisis ekonomi. Seluruh negara-negara di dunia, baik itu negara maju maupun negara berkembang telah terjebak dalam kesulitan yang sangat rumit. Beberapa negara yang sebelumnya menikmati kondisi ekonomi yang kuat, sebegitu rupa mereka yakin akan dapat mengatur dunia disebabkan mereka mempunyai teknologi yang sangat canggih baik dalam hal ilmu pengetahuan, pangan, senjata, obat-obatan dll kini terlihat hancur di depan mata mereka sendiri begitupun negara-negara yang lain selamanya memiliki ketergantungan dengan mereka. Faktanya dari masalah tersebut adalah bahwa ekonomi mereka ditopang oleh kebijakan yang sangat rapuh yang menyebabkannya collaps terkena dampak dari krisis ekonomi global.
Sang Pengatur yang sesungguhnya adalah Tuhan, akan tetapi negara-negara super power telah gagal untuk memahami hal ini. Solusi-solusi yang mereka sedang usahakan untuk menyelamatkan perekonomiannya tidak akan bertahan lama, sebab solusi tersebut bukan solusi yang handal. Solusi yang sebenarnya hanyalah berada di dalam kedekatan kepada Tuhan dan mengikuti seluruh ajaran-Nya.
Sangat disayangkan, negara-negara Muslim juga terlibat dalam praktek-praktek yang sama dengan mereka ketimbang mengikuti petunjuk yang ada di dalam al-Quran, negara-negara Islam sedikit pun tidak memiliki rasa bersalah ataupun rasa malu. Para pemimpin dari negara-negara Islam memiliki rasa egois yang begitu tinggi dan mereka lebih tertarik untuk terus mengisi account bank pribadinya. Negara-negara di Timur Tengah (negara kaya minyak) lebih memilih untuk terus membangun infrastruktur yang lebih modern untuk mereka sendiri, akan tetapi mereka tidak menggunakan sumber kekayaan alamnya sebagaimana yang Tuhan telah perintahkan yaitu untuk membantu negara-negara Muslim lainnya yang miskin. Bahkan mereka telah menginventasikan keuntungannya dan harta kekayaannya di negara-negara Barat supaya mereka dapat mengakumulasikan bunganya di depositonya. Di sisi lain, mereka mengembangkan sebuah system Bank Islam untuk merealisasikan tujuan-tujuannya di negaranya sendiri, yang faktanya hanyalah seperti pelabelan saja dan sistemnya sama dengan riba atupun bunga dan tetap tidak mengikuti ajaran dari al-Quran.
Allah Yang Maha Menyediakan Rezeki, memperingatkan orang-orang yang beriman untuk membelanjakan sebagian rezekinya terhadap keluarganya, fakir miskin, dan musafir demi untuk meraih keridhaan Allah dan untuk mendapatkan kemakmuran dalam hal spiritual maupun material dengan baik. Seorang mukmin yang sejati bukanlah seseorang yang mengeluarkan kata-kata tak bermakna dari mulutnya, akan tetapi dia adalah seorang yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhannya, Yang Telah Menyediakan segala keperluannya, dan dia membelanjakan kembali apa yang dia peroleh sesuai dengan keinginan Tuhan.
Yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah, kita harus ingat seorang muslim adalah saudara dari muslim lainnya, sama halnya bahwa negara-negara Muslim adalah bersudara satu sama lain, bahwasanya mereka harus membantu negara-negara Muslim lainnya yang miskin dan bukan menganggap bantuan tersebut sebagai sedekah melainkan sebagai sebuah pemenuhan terhadap tanggung jawab Agama. Seharusnya negara-negara Muslim yang kaya memenuhi tanggung jawab ini daripada menginvestasikan kekayaannya di negara-negara Barat untuk memperoleh bunga, mereka seharusnya mencari keridhaan Tuhan akan tetapi mereka telah gagal untuk melakukannya dan sekarang mereka menderita kemalangan sebagai akibat dari krisis ekonomi global.
Bagaimana penyebab krisis ekonomi global? adalah sebuah fakta bahwa institusi-institusi yang memberikan pinjaman di negara-negara Barat sebenarnya menggunakan dana deposito dari kekayaan client mereka dan menyalurkan uang ini sebagai pinjaman untuk beberapa keperluan, untuk membeli rumah dan beberapa item pribadi lainnya. Uang tersebut sebagian besar hampir tidak dipinjamkan untuk proyek-proyek yang produktif, dimana sebenarnya akan lebih dapat memperkuat perekonomian dengan menciptakan banyak resource. Pinjaman-pinjaman ini telah diserahkan dengan persyaratan yang mudah (sebagai contoh uang muka yang rendah, dan dalam beberapa kasus hingga 0% deposits). Kemudian para peminjam tidak menaruh perhatian terhadap sejumlah uang yang harus dia bayarkan untuk bunganya sesuai persyaratan dalam kontraknya. Ketika penghasilan yang diperolehnya mengalami penurunan, dan dia harus menjalankan rumah tangganya selama masa pembayaran hutangnya, dia telah mendapati dirinya tenggelam begitu dalam ke dalam jurang hutang yang membuatnya sangat mustahil untuk bisa membayar kembali hutangnya dalam beberapa kasus. Ketika pelunasan hutang dari banyak client mengalami kemacetan, banyak Bank menghentikan pinjaman uang karena dana tidak dengan cepat dapat disediakan. Sebagai akibatnya adalah terjadinya krisis ekonomi global.
Beberapa negara mengklaim bahwa mereka tidak terkena imbas dari krisis ini, sebagai contoh negara-negara Timur Tengah, mereka telah membuat pernyataan yang salah, pertama, investasi luar negri mereka menjadi menyusut dalam nilainya dan yang kedua mereka memiliki ketergantungan terhadap sumber kekayaan alam mereka, sebagai contoh terhadap minyak yang juga mengalami penyusutan nilai yang hebat. Sebuah editorial surat kabar dengan judul “Lautan Hutang” memberikan pernyataan bahwa perekonomian Amerika telah masuk ke dalam kondisi yang sangat sulit sehingga mustahil untuk dapat memulihkannya dengan mudah.
Faktanya, seluruh dunia sedang menghadapi situasi yang sama. Di Amerika, para pengguna kartu kredit yang demikian banyaknya menjadikan mereka terpuruk dan tidak dapat memperoleh kemajuan karena mereka telah terlibat satu bentuk kecerobohan dalam pembelanjaan. Sekarang dana yang tidak bisa dengan segera disediakan dan terdapat pembatasan-pembatasan dari perusahaan-perusahaan credit card menyebabkan masing-masing individu menekan diri untuk berbelanja. Angka penjualan mobil mengalami penurunan tajam dan air travel juga mengalami kemerosotan drastis. Ini adalah sebagai hasil dari berkurangnya konsumsi bahan bakar disebabkan harga minyak sangat jatuh. Sebagai tambahan, daya beli terhadap semua kebutuhan pribadi mengalami penurunan sehingga sebagai hasilnya adalah meningkatnya depresi individu.
Sehingga Allah berfirman bahwa siapa yang menggunakan riba sebagai sebuah bentuk income adalah sama dengan berdirinya orang yang kemasukan syetan.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (2:276)
Di tempat lain, Allah telah menyatakan riba itu haram. Menggunakan riba menyebabkan seseorang jatuh ke dalam lingkaran setan, dan membuatnya sangat sulit untuk melepaskan diri daripadanya. ada sebuah anekdote bahwa “Jika tetanggaku kehilangan pekerjaan, itu adalah resesi. Jika aku kehilangan pekerjaan, itu adalah depresi”. Anekdot ini hanyalah memberikan poin terhadap situasi global saat ini, dimana ribuan pekerjaan telah lenyap. Negara-negara Islam harus meninggalkan penggunaan riba. Kebalikannya, lebih mempernyanyak investasi dalam bidang perdagangan sesuai dengan ajaran islam yang seharusnnya negara-negara Muslim dapat memimpin dalam bidang ini. Selain riba keadaan ini diperparah oleh sebagaian negara-negara Islam yang sangat tinggi tingkat korupsinya dan lemahnya loyalitas terhadap negara.
Beberapa negara tetap bisa bertahan di atas pinjaman dari negara-negara kaya akan tetapi tidak memiliki metode bagaimana mereka harus membayar kembali hutang-hutangnya. Negara-negara ini telah diberkati dengan kekayaan alam akan tetapi mereka telah melakukan praktek-praktek yang memalukan dengan mengharapkan dana dari negara-negara lain dari waktu ke waktu.
Kenyataannya mereka telah melupakan ajaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan mereka akan terkena murka dari Tuhan. system dari riba ini menciptakan jurang pemisah yang begitu dalam antara yang kaya dan miskin akan tetapi system Islam seperti zakat menciptakan hubungan yang harmonis antara seluruh anggota masyarakat.
Sudah seharusnya kita menghentikan segala bentuk pinjaman, hal ini dapat mencegah dari berbagai macam krisis ekonomi supaya krisis ini tidak akan berulang beberapa tahun lagi ke depan, dan lebih memaksimalkan sumber daya alam dalam negeri, sebagaimana disinggung dalam ayat di awal bahwa Allah tidak hanya menciptakan kita akan tetapi juga menjanjikan untuk menyediakan rezeki untuk ciptaan-Nya, dalam kondisi bahwa kita mengikuti perintah-perintah-Nya. jadi Ketidakstabilan dan frustasi serta perang dingin yang sekarang ini terjadi di dunia adalah sebagai akibat dari kekayaan dunia yang hanya dipergunakan oleh segelintir golongan kaya sedangkan golongan yang lemah hanya bisa melihat dari jauh tanpa pernah mendapatkan bagian untuk diri mereka sendiri. Alasan lainnya dari rusaknya kedamaian dunia juga merupakan cabang dari kenyataan yang terjadi bahwa negara-negara kaya memanfaatkan kekayaan alam negara-negara berkembang untuk digunakan demi keuntungannya sendiri. Tradisi Islam sangat mengutuk hal ini.
Dunia harus memahami beberapa aturan berharga ini untuk dapat menghentikan krisis ekonomi ini :
- Belajar untuk berdiri dengan kemampuan sendiri, baik itu sebagai individu maupun level negara. Tetaplah merasa puas sesuai dengan kemampuan sendiri dan jangan tergiur untuk membeli rumah yang besar dan mobil mewah yang akan menggiring terlibat ke dalam system hutang.
- Jauhkan diri dari system riba
- Kekayaan dari suatu negara harus terlepas dari usaha untuk mengatur kekayaan alam negara lain. Negara-negara berkembang harus percaya diri bahwa sumber kekayaan negaranya akan dapat dimanfaatkan untuk keuntungan negaranya sendiri meskipun masih ada intervensi dari Internasional.
- Pemimpin-pemimpin negara harus loyal dan memiliki rasa patriotisme terhadap negaranya sendiri.
- Hak-hak dari orang-orang miskin harus dipenuhi.
Aturan-aturan ini adalah bersumber dari ajaran Islam, hanya Islam lah yang dapat mempresentasikan solusi terbaik untuk menghadapi krisis yang terjadi di dunia sekarang. Takwa adalah suatu keharusan jika kita ingin mendapatkan kemakmuran.
SUMBER: Ringkasan Khutbah Jumat
yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifah Jamaah Ahmadiyah Internasional, October 31 st, 2008
0 komentar:
Post a Comment