Kehidupan manusia tidak selamanya bahagia sehingga tidak lepas dari kesedihan, kesusahan, dan kesempitan. Setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk mengatasi dan mendapatkan obat kesedihan.
Orang-orang beriman atau kaum Muslim memiliki cara tersendiri untuk menghilangkan kesedihan, sesuai dengan tuntunan Islam.
Cara Mengatasi Rasa Sedih - Obat Kesedihan
Obat kesedihan menurut ajaran Islam antara lain sebagai berikut:
1. Meyakini bahwa kesedihan dan kesusahan itu taqdir oleh Allah. Dengan keyakinan itu, maka tenanglah hati kita dan lapanglah dada kita.
2. Berdo’a dengan doa yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dalam menghadapi kesedihan. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mas’ud r.a. , Nabi Saw bersabda:
“Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan dan kesedihan kemudian dia berdo’a 'Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuanMu, ubun-ubunku di tangan-Mu, berlaku kepadaku hukum-Mu, adil atasku Qadha-Mu (keputusan-Mu), aku meminta kepada-Mu dengan seluruh nama-nama-Mu (yaitu) yang Engkau namakan diri Engkau dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada kepada salah satu hambaMu, supaya Engkau menjadikan al-Qur’an penyiram hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, penghilang kecemasan dan kegelisahan... kecuali Allah akan menghilangkan kesusahannya dan menggantinya dengan kesenangan.”
3. Sebagaimana dalam doa itu terkandung permintaan seorang hamba supaya Allah Ta’ala menjadikan al-Qur’an sebagai “Rabi’” bagi hatinya. Rabi’ adalah air hujan, maka Nabi Saw menyerupakan menyerupakan al-Qur’an dengan air hujan, karena sebagaimana air hujan menumbuhkan bumi, maka al-Qur’an pun menghidupkan hati.
Permintaan seorang hamba supaya Allah menjadikan al-Qur’an penghilang kesedihannya, karena kalau kesedihan dihilangkan dengan al-Qur’an, maka kesedihan tersebut tidak akan kembali.
Kesedihan dan kesempitan hati tidak akan bisa dihilangkan kecuali dengan tauhid dan pemahaman yang benar tentang Allah dan dengan al-Qur’an, yaitu dengan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi hidup.
4. Kita juga diharuskan untuk menjauhi sebab-sebab munculnya kesedihan dan kesempitan hati, yaitu dengan menjauhi sikap berpaling dari Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124).
Orang beriman pada dasarnya tidak boleh merasa lemah dan bersedih karena ia selalu bersama Allah SWT.
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang beriman." (QS. Ali Imran:139). Wallahu a’lam.*
0 komentar:
Post a Comment