MUFTI MAZHAB HAMBALI MAKKAH DAN IBNU ABDUL WAHAB

Wahabi merupakan sejarah kelam umat ini yang fitnahnya masih berlanjut hingga saat ini. Banyak para ulama yang telah menuliskan sejarah berdarah sekte ini semenjak masa pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab. Para ulama dari empat mazhab menolak sekte ini. Dari kalangan ulama Hanabilah juga banyak yang telah membantah dan menolak paham wahabi ini. Di antara ulama Hanabilah yang menolak paham Muhammad bin Abdul Wahab adalah kalangan keluarnya sendiri, ayah kandungnya, Syeikh Abdul Wahab dan abang kandungnya, Syeikh Sulaiman. Mufti mazhab Hanbali di kota Makkah pada abad ke 13 hijriyah juga menulis dalam kitab sejarah ulama mazhab Hanbali tentang penolakan ayah dan abang kandung Muhammad bin Abdul Wahab terhadap aliran yang ia kembangkan saat itu.

Syeikh Muhammad bin Abdullah an-Najdi al-Hanbali (wafat 1295H) merupakan seorang ulama besar yang dalam mazhab Hanbali yang diakui kealimannya. Beliau lahir tahun 1232 H, lebih kurang sekitar 26 tahun meninggalnya pendiri wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab (tahun 1206 H). Beliau menjadi mufti Mazhab Hanbali di kota suci Makkah al-Mukarramah. Dalam kitabnya as-suhub al-wabilah ‘ala dhawarih al-Hanabilah – sebuah kitab yang berisi biografi ulama-ulama mazhab Hanbli- ketika menuliskan biografi Syeikh Abdul Wahab, beliau menerangkan sedikit tentang penolakan Syeikh Abdul Wahab dan Syeikh Sulaiman terhadap dakwah Muhammad bin Abdul Wahab. 


Berikut pernyataan beliau dalam kitab tersebut hal 275 tepatnya pada urutan ke 415 yang kami sertakan dengan terjemahannya;


وهو والد محمّد صاحب الدعوة التي انتشر شررها في الافاق، لكن بينهما تباين مع أن محمدًا لم يتظاهر بالدعوة إلا بعد موت والده، وأخبرني بعض من لقيته عن بعض أهل العلم عمّن عاصر الشيخ عبد الوهاب هذا أنه كان غضبان على ولده محمد لكونه لم يرض أن يشتغل بالفقه كأسلافه وأهل جهته ويتفرس فيه أن يحدث منه أمر، فكان يقول للناس: يا ما ترون من محمد من الشر، فقدّر الله أن صار ما صار

وكذلك ابنه سليمان أخو الشيخ محمد كان منافيًا له في دعوته ورد عليه ردًا جيدا بالآيات والآثار لكون المردود عليه لا يقبل سواهما ولا يلتفت إلى كلام عالم متقدمًا أو متأخرا كائنا من كان غير تقي الدين بن تيمية وتلميذه ابن القيم فإنه يرى كلامهما نصّا لا يقبل التأويل ويصول به على الناس وإن كان كلامهما على غير ما يفهم، وسمى الشيخ سليمان رده على أخيه "فصل الخطاب في الرد على محمّد بن عبد الوهاب" وسلّمه الله من شرّه ومكره مع تلك الصولة الهائلة التي أرعبت الأباعد،
فإنه كان إذا باينه أحد ورد عليه ولم يقدر على قتله مجاهرة يرسل إليه من يغتاله في فراشه أو في السوق ليلا لقوله بتكفير من خالفه واستحلاله قتله، وقيل إن مجنونًا كان في بلدة ومن عادته أن يضرب من واجهه ولو بالسلاح، فأمر محمدٌ أن يعطى سيفًا ويدخل على أخيه الشيخ سليمان وهو في المسجد وحده، فأدخل عليه فلما رءاه الشيخ سليمان خاف منه فرمى المجنون السيف من يده وصار يقول: يا سليمان لا تخف إنك من الآمنين ويكررها مرارا، ولا شك أن هذه من الكرامات ". ا.هـ


Beliau adalah ayah dari Muhammad, pemilik dakwah yang menyebarkan kerusakan ke seluruh alam, namun keduanya sang

at berbeda, Muhammad tidak menyebarkan dakwahnya secara terang kecuali setelah wafat ayahandanya. Sebagian ahli ilmu yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab memberitahukan kepadaku “ orang ini (ayahnya, Syeikh Abdul Wahab) sangat marah kepada anaknya Muhammad, karena ia tidak mau menekuni ilmu fiqh sebagaimana pendahulunya, dan ia berfirasat bahwa akan muncul dari anaknya suatu perkara. Beliaa berkata kepada orang-orang: “Hai, tidakkah kalian lihat keburukan yang ada pada Muhammad? kemudian Allah mentakdirkan untuk terjadi apa yang telah terjadi.

Demikian juga anak beliau yang lain, Syeikh Sulaiman, abang kandung Muhammad bin Abdul Wahab, beliau juga menentangnya dakwahnya, dan menolaknya dengan penolakan yang bagus dengan dalil ayat al-quran dan hadits, karena orang yang beliau hadapi (Muhammad bin Abdul Wahab) tidak akan menerima kecuali dengan keduanya, dan ia juga tidak mau peduli dengan perkataan para ulama, baik ulama terdahulu maupun ulama mutaakhirin selain Taqiyyudin Ibnu Taymiyah dan muridnya Ibn Qayyim, ia beranggapan bahwa kalam keduanya merupakan nash yang tidak menerima takwil dan ia menyampaikannya kepda ummat walaupun pemahaman keduanya bukan hal yang sepatutnya dipahami, dan Syaikh Sulaiman menamakan kitab penolakan beliau terhadap saudaranya tersebut dengan nama Fashl al-Khitab fi Radd ‘ala Muhammad bin Abdil Wahab. Allah menyelamatkan beliau dari keburukan dan tipudaya saudaranya dengan disertai upaya penyerangan yang menakutkan.

Karena Muhamnmad Ibn Abd Wahab jika ada orang yang menyalahinya dan menolak pahamnya, jika ia tidak mampu membunuhnya secara terang terangan, maka ia akan mengirim utusan untuk membunuhnya di tempat tidurnya, atau di pasar ditengah malam hari, karena ia beranggapan kafir orang yang tidak sependapat dengannya dan halalkan darahnya untuk dibunuh. Dikisahkan, ada orang gila di kota tersebut, biasanya ia akan menyerang siapa saja yang ada dihadapannya walau dengan pedang, kemudian Muhammad memerintahkan agar orang gila ini diberikan pedang, kemudian dimasukkan ke tempat Syaikh Sulaiman. Pada saat beliau sedang sendirian di mesjid, kemudian orang gila ini dimasukkan ke tempat beliau, lalu tatkala ia melihat Syaikh Sulaiman, ia merasa ketakutan dan membuang pedang dari tangannya, ia berkata kepada Syaikh Sulaiman “wahai Sulaiman, janganlah takut sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman, dan ia mengulanginya beberapa kali. Dan tidak diragukan bahwa ini merupakan tanda karamah (Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahab).

Syeikh Muhammad bin Abdullah an-Najdi al-Hanbali, as-suhub al-wabilah ‘ala dhawarih al-Hanabilah, hal. 275 Maktabah Imam Ahmad
Sumber : lbm.mudi

Ditulis Oleh : Syinen ~ Pustaka Santri

Pustaka Anda sedang membaca artikel berjudul MUFTI MAZHAB HAMBALI MAKKAH DAN IBNU ABDUL WAHAB yang ditulis oleh Pustaka Santri yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Pustaka Santri

0 komentar:

Post a Comment

Back to top